Sarwo Edhie Wibowo

Sarwo Edhie Wibowo



Sarwo Edhi (Sarwo Edhi Wibowo) adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang sejak dari kecil sudah memiliki bakat menjadi pemimpin. Semasa kecil, Sarwo Edhi punya hobi berkelahi dan mengadu nyali (keberanian). Sampai pada akhirnya beliau belajar silat untuk mengasah kepandaiannya berkelahi. Namun anehnya, setelah beliau mampu bermain silat dengan baik, beliau justru jarang berkelahi. Usut punya usut, ternyata teman-teman yang diajaknya berkelahi sudah ketakutan sebelum perkelahian itu sendiri terjadi. Ayah Sarwo Edhi adalah seorang pegawai negeri sipil dan saat itu menjabat sebagai Kepala Pegadaian pada masa penjajahan Belanda. Karena dididik oleh seorang pegawai negeri sipil, Sarwo Edhi kecil menjadikan ayahnya sebagai gambaran ideal baginya.
Sejak kecil Sarwo Edhi sangat ingin menjadi seorang prajurit. Ia mengagumi para tentara Jepang yang selalu memenangkan pertempuran melawan sekutu. Oleh sebab itu, ia mendaftarkan diri menjadi Heiho (pembantu tentara) di Surabaya dengan harapan kelak bisa menjadi tentara. Sayang, selama ia menjadi Heiho tidak diberikan pendidikan dan keterampilan perang yang membuat ia tangguh menjadi seorang prajurit. Akhirnya ia meninggalkan pekerjaannya sebagai Heiho. Setelah beberapa waktu, ia bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) . Beliau membentuk batalion yang akhirnya bubar. Akhirnya, tawaran membentuk batalion datang dari Jenderal Ahmad Yani (pahlawan revolusi) yang mengajaknya membentuk batalion di Magelang, Jawa Tengah. Sarwo Edhi-pun kembali menjadi seorang prajurit.
Ketika Sarwo Edhi menjabat sebagai Komandan RPKAD (Resimen Komando Angkatan Darat) yang namanya sempat diubah menjadi Kopasandha (Komando Pasukan Sandi Yudha) dan berubah lagi menjadi Kopassus (Komando Pasukan Khusus – pasukan elit TNI AD yang lebih dikenal dengan nama pasukan baret merah), Sarwo Edhi turun sendiri ke medan pertempuran menuntaskan para pemberontak dan menenangkan masyarakat. Sukses menjalani karirnya, Sarwo Edhi pensiun dari bidang militer dan beralih ke lingkungan sipil. Ia dipercaya oleh negara untuk menjadi duta besar di Korea Selatan dan ditunjuk sebagai Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri. Setelah itu, Sarwo Edhi sempat ditunjuk untuk memangku jabatan sebagai Kepala BP7. Di luar karirnya di bidang militer dan sipil, ternyata Jenderal Sarwo Edhi adalah penggemar olahraga taekwondo. Hingga masa akhir hidupnya, ia menjadi Ketua Taekwondo Indonesia. Selain olahraga, Sarwo Edhi juga suka nonton film-film sejarah dan kolosal. Tokoh film favoritnya adalah Jenderal Mc. Arthur dan Jenderal Rommel. Meski beliau suka film-film barat, beliau  juga penggemar wayang dan keris, warisan nenek moyang!
Jenderal (Purn) Sarwo Edhi adalah ayah dari Ibu Negara kita, Ibu Ani Yudhoyono. Nama beliau pun diabadikan menjadi nama sebuah gedung pertemuan di markas Koppasus, Cijantung, Jakarta Timur.
Biodata:
  • Nama : Sarwo Edhi Wibowo
  • Lahir : Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925
  • Meninggal: Jakarta, 09 November 1989
  • Agama :Islam
Pendidikan:
  • MULO
  • SMA
  • Pendidikan Militer calon bintara Peta, Magelang
  • Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS
  • General Staff College, Australia
Karir:
  • Komandan pasukan BKR (1945)
  • Komandan Kompi Batalyon V Brigade IX, Divisi Diponegoro (1945-1951)
  • Komandan Kompi Bantuan, Resimen 13 Teritorium Diponegoro (1952-1953)
  • Wakil Komandan Resimen Taruna Akademi Militer Nasional (1959- 1961)
  • Kepala Staf RPKAD (1962-1964)
  • Komandan RPKAD (1965-1967)
  • Panglima Kodam II Bukit Barisan (1967-1968)
  • Panglima Kodam XVII Cenderawasih (1968-1970)
  • Gubernur Akabri (1970-1973)
  • Dubes RI di Kor-Sel
  • Irjen Deplu (1978-1983)
  • Kepala BP7 (1984 –1990 )
Kegiatan Lain:
  • Ketua Umum Perkumpulan Taekwondo Indonesia (1984 — 1999)






                 Incoming search terms:

Jenderal TNI Anumerta AChmad Yani

Jenderal TNI Anumerta AChmad Yani (Purworejo, 19 Juni 1922]]-Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan formal diawalinya di HIS (setingkat Sekolah Dasar) Bogor, yang diselesaikannya pada tahun 1935. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke MULO (setingkat Sekolah Menegah Pertama) kelas B Afd. Bogor. Dari sana ia tamat pada tahun 1938, selanjutnya ia masuk ke AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Sekolah ini dijalaninya hanya sampai kelas dua, sehubungan dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.


Achmad Yani kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor. Dari sana ia mengawali karir militernya dengan pangkat Sersan. Kemudian setelah tahun 1942 yakni setelah pendudukan Jepang di Indonesia, ia juga mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Berbagai prestasi pernah diraihnya pada masa perang kemerdekaan. Achmad Yani berhasil menyita senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto. ketika Agresi Militer Pertama Belanda terjadi, pasukan Achmad Yani yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda di daerah tersebut. Maka saat Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, ia dipercayakan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang meliputi daerah pertahanan Kedu. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia diserahi tugas untuk melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. Ketika itu dibentuk pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan khusus hingga pasukan DI/TII pun berhasil dikalahkan. Seusai penumpasan DI/TII tersebut, ia kembali ke Staf Angkatan Darat.

Pada tahun 1955, Achmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Pada tahun 1956, ia juga mengikuti pendidikan.
selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Tahun 1958 saat pemberontakan PRRI terjadi di Sumatera Barat, Achmad Yani yang masih berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk memimpin penumpasan pemberontakan PRRI dan berhasil menumpasnya. Hingga pada tahun 1962, ia diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Achmad Yani selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Oleh karena itu, ia menjadi salah satu target PKI yang diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan Darat melalui Pemberontakan G30S/PKI (Gerakan Tiga Puluh September/PKI). Achmad Yani ditembak di depan kamar tidurnya pada tanggal 1 Oktober 1965 (dinihari). Jenazahnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta Timur dan dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Achmad Yani gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Pangkat sebelumnya sebagai Letnan Jenderal dinaikkan satu tingkat (sebagai penghargaan) menjadi Jenderal.



Biodata

Nama : Ahmad Yani

Riwayat hidup :

-HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
-MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
-AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer :
-Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
-Pendidikan Heiho di Magelang
-Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
-Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
-Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Riwayat Karir

Jabatan terakhir : Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
Bintang Kehormatan :
-Bintang RI Kelas II
-Bintang Sakti
-Bintang Gerilya
-Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
-Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
-Satyalancana G:O.M. I dan VI
-Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
-Satyalancana Irian Barat (Trikora)
-Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958)
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi

 



            Incoming search terms:

Letnan Jenderal Urip Sumohardjo

Letnan Jenderal Urip Sumohardjo


Letnan Jenderal Urip Sumohardjo (lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 23 Februari 1893 – meninggal di Yogyakarta, 17 November 1948 pada umur 55 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia dan pahlawan nasional Indonesia.
Beliau dimakamkan di TMP Semaki, Yogyakarta.
Namanya kini digunakan sebagai nama salah satu jalan besar di kota Yogyakarta, sebagai bentuk penghormatan bagi beliau. Ketika Pemerintahan Indonesia baru berdiri, Presiden Soekarno mendirikan BKR sebagai pennegak hankam, bukan suatu tentara militer, Letjen Oerip Soemohardjo pun terheran dan berkata : "Aneh, satu negara Zonder tentara" sebagai bentuk keheranannya
Selanjutnya....
Lahir di Purworejo, 22 Februari 1893. Dengan pangkat Letnan Dua KNIL ia menjalani dinasnya di Kalimantan selama 7 tahun.
Sebagai perwira, ia dinilai cukup berhasil terutama dalam tugas-tugas patroli. Ia satu-satunya orang Indonesia yang mencapai pangkat mayor dalam KNIL, namun ia tidak menyetujui semua tindakan pemerintah jajahan seperti diskriminasi. Di Banjarmasin ia memprotes peraturan yang melarang pewira Indonesia memasuki kamar bola. Di Balikpapan Oerip pun menantang peraturan yang melarang orang-orang Indonesia naik kereta api milik BPM.
Tanggal 31 Agustus 1938 di Purworejo dilangsungkan upacara ulang tahun Ratu Wilhelmina. Oerip diangkat sebagai ketua panitia. Salah seorang undangan yakni Bupati Purworejo datang terlambat. Ia melarang Bupati memasuki tempat upacara. Kasus tersebut dilaporkan kepada Departemen Perang, ternyata Oerip disalahkan. Kemudian ia dipindahkan ke Gombong, karena merasa tidak bersalah, dengan perantaraan telpon ia minta berhenti dari dinas militer.
Setelah PD II, pemerintah Hindia Belanda mengumumkan mobilisasi. Ia mendaftarkan kembali dan disserahi tugas memimpin depo Cimahi. Tahun 1942 semua tentara Belanda ditawan Jepang, termasuk Oerip. Setelah Oerip dibebaskan, Jepang menawarkan jabatan sebagai komandan polisi namun ia menolaknya.
Saat Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ia masih berada di Gentan, tidak jauh dari Yogyakarta. Sementara teman-temannya bekas KNIL yang berada di Jakarta mengusulkan kepada Pemerintah agar ia diangkat menjadi pimpinan TKR.
Selanjutnya Oerip mengumpulkan teman-temannya bekas KNIL untuk bersama-sama membuat atau mengeluarkan pernyataan tidak terikat lagi dalam dinas KNIL. Pernyataan itu ditandatangani 13 orang.
Tanggal 15 Oktober ia diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letjen. Tugas yang dihadapi cukup berat, jumlah tentara cukup banyak sedangkan organisasinya belum teratur.
Dalam keadaan demikian, TKR masih belum mempunyai pimpinan tertinggi yang bertanggungjawab secara penuh. Untuk mengatasi hal itu, pada bulan November 1945, ia mengundang para komandan divisi ke Yogyakarta untuk mengadakan rapat. Acara tunggal ialah memilih seorang panglima TKR. Tokoh yang terpilih ialah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V Banyumas.
Peristiwa ini merupakan hal yang unik dalam sejarah perkembangan TNI, yaitu panglimanya tidak diangkat oleh pemerintah namun dipilih oleh anggauta-anggautanya sendiri.
Ini memperlihatkan pula bahwa pemerintah pada masa itu kurang menaruh perhatian terhadap pembinaan tentara . Hal ini sangat disesalkan oleh Oerip. Satu bulan kemudian Pemerintah baru menyetujui dan tanggal 18 Desember 1945 Kol. Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal. Oerip tetap sebagai Kepala Staf Umum dengan pangkat Letjen.
Untuk penyempurnaan lebih lanjut dibentuk Panitia Besar Reorganisasi Tentara. Oerip duduk sebagai anggauta. Di sini buah pikirannya banyak dipakai. Hasil kerja panitia itu disetujui pemerintah, untuk kedua kalinya pada tanggal 20 Mei 1946 Letjen Oerip dikukuhkan sebagai Kepala Staf Umum TRI.
Hubungan antara TRI dengan Laskar-laskar ini tidak selalu berjalan lancar. Seringkali terjadi persaingan antara keduanya dan tentu saja keadaan itu merugikan perjuangan. Banyak komandan divisi tidak bersedia menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya seperti yang sudah ditetapkan oleh Panitia Besar Reorganisasi. Hal itu cukup memusingkan Oerip.
Oerip menentang kebijakan pemerintah yang dianggap terlalu menilai rendah Angkatan Perangnya sendiri. ia mengundurkan diri dari jabatan Kepala Staf Angkatan Perang dan dinas militer. Namun pemerintah masih mengangkatnya sebagai Penasehat Militer Presiden.
Apa yang sejak semula diduga dan dicoba Oerip dan Soedirman untuk mencegahnya, akhirnya terjadi pula. Tanggal 18 September 1948 PKI melancarkan pemberontakan di Madiun. Angkatan perang terpecah. Sebagian berpihak kepada pemberontak, sebagian lagi tetap setia kepada Pemerintah. Oerip tidak dapat berbuat apa-apa. Ia harus istirahat di rumah sakit, kemudian meninggal dunia, Sebagai pengahargaan atas jasa-jasanya, pemerintah RI menganugerahinya gelar Pahlawan Kemerdekaan.
Penataan Angkatan Perang di awal Kemerdekaan bukan perkara yang mudah bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Begitu pula penataan di tubuh TNI dan POLRI setelah lengsernya Soeharto ! Ya, di bidang apa pun masa-masa peralihan dan penataan kembali pasti dihadapkan oleh berbagai kepentingan. Keadaan seperti ini bisa menjadi terpecah-pecah dan melahirkan kawan menjadi lawan. Begitu pun sebaliknya !







            Incoming search terms:

Tokoh Pahlawan Purworejo



 Sarwo Edhie Wibowo
lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 – meninggal di Jakarta, 9 November 1989 pada umur 64 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia serta ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara RI dan istri presiden RI saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono. Perannya sangat besar sewaktu penumpasan Pemberontakan G30S PKI dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau Kopassus saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Dubes RI di  Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI


 


 Ahmad Yani

Riwayat hidup :

-HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
-MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
-AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer :
-Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
-Pendidikan Heiho di Magelang
-Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
-Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
-Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Riwayat Karir
Jabatan terakhir : Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
Bintang Kehormatan :
-Bintang RI Kelas II
-Bintang Sakti
-Bintang Gerilya
-Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
-Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
-Satyalancana G:O.M. I dan VI
-Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
-Satyalancana Irian Barat (Trikora)
-Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958)
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi




Letnan Jenderal Urip Sumohardjo (lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 23 Februari 1893 – meninggal di Yogyakarta, 17 November 1948 pada umur 55 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia dan pahlawan nasional Indonesia.
Beliau dimakamkan di TMP Semaki, Yogyakarta.
Namanya kini digunakan sebagai nama salah satu jalan besar di kota Yogyakarta, sebagai bentuk penghormatan bagi beliau. Ketika Pemerintahan Indonesia baru berdiri, Presiden Soekarno mendirikan BKR sebagai pennegak hankam, bukan suatu tentara militer, Letjen Oerip Soemohardjo pun terheran dan berkata : "Aneh, satu negara Zonder tentara" sebagai bentuk keheranannya
Selanjutnya....
Lahir di Purworejo, 22 Februari 1893. Dengan pangkat Letnan Dua KNIL ia menjalani dinasnya di Kalimantan selama 7 tahun.
Sebagai perwira, ia dinilai cukup berhasil terutama dalam tugas-tugas patroli. Ia satu-satunya orang Indonesia yang mencapai pangkat mayor dalam KNIL, namun ia tidak menyetujui semua tindakan pemerintah jajahan seperti diskriminasi. Di Banjarmasin ia memprotes peraturan yang melarang pewira Indonesia memasuki kamar bola. Di Balikpapan Oerip pun menantang peraturan yang melarang orang-orang Indonesia naik kereta api milik BPM.
Tanggal 31 Agustus 1938 di Purworejo dilangsungkan upacara ulang tahun Ratu Wilhelmina. Oerip diangkat sebagai ketua panitia. Salah seorang undangan yakni Bupati Purworejo datang terlambat. Ia melarang Bupati memasuki tempat upacara. Kasus tersebut dilaporkan kepada Departemen Perang, ternyata Oerip disalahkan. Kemudian ia dipindahkan ke Gombong, karena merasa tidak bersalah, dengan perantaraan telpon ia minta berhenti dari dinas militer.
Setelah PD II, pemerintah Hindia Belanda mengumumkan mobilisasi. Ia mendaftarkan kembali dan disserahi tugas memimpin depo Cimahi. Tahun 1942 semua tentara Belanda ditawan Jepang, termasuk Oerip. Setelah Oerip dibebaskan, Jepang menawarkan jabatan sebagai komandan polisi namun ia menolaknya.
Saat Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ia masih berada di Gentan, tidak jauh dari Yogyakarta. Sementara teman-temannya bekas KNIL yang berada di Jakarta mengusulkan kepada Pemerintah agar ia diangkat menjadi pimpinan TKR.
Selanjutnya Oerip mengumpulkan teman-temannya bekas KNIL untuk bersama-sama membuat atau mengeluarkan pernyataan tidak terikat lagi dalam dinas KNIL. Pernyataan itu ditandatangani 13 orang.
Tanggal 15 Oktober ia diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letjen. Tugas yang dihadapi cukup berat, jumlah tentara cukup banyak sedangkan organisasinya belum teratur.
Dalam keadaan demikian, TKR masih belum mempunyai pimpinan tertinggi yang bertanggungjawab secara penuh. Untuk mengatasi hal itu, pada bulan November 1945, ia mengundang para komandan divisi ke Yogyakarta untuk mengadakan rapat. Acara tunggal ialah memilih seorang panglima TKR. Tokoh yang terpilih ialah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V Banyumas.
Peristiwa ini merupakan hal yang unik dalam sejarah perkembangan TNI, yaitu panglimanya tidak diangkat oleh pemerintah namun dipilih oleh anggauta-anggautanya sendiri.
Ini memperlihatkan pula bahwa pemerintah pada masa itu kurang menaruh perhatian terhadap pembinaan tentara . Hal ini sangat disesalkan oleh Oerip. Satu bulan kemudian Pemerintah baru menyetujui dan tanggal 18 Desember 1945 Kol. Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal. Oerip tetap sebagai Kepala Staf Umum dengan pangkat Letjen.
Untuk penyempurnaan lebih lanjut dibentuk Panitia Besar Reorganisasi Tentara. Oerip duduk sebagai anggauta. Di sini buah pikirannya banyak dipakai. Hasil kerja panitia itu disetujui pemerintah, untuk kedua kalinya pada tanggal 20 Mei 1946 Letjen Oerip dikukuhkan sebagai Kepala Staf Umum TRI.
Hubungan antara TRI dengan Laskar-laskar ini tidak selalu berjalan lancar. Seringkali terjadi persaingan antara keduanya dan tentu saja keadaan itu merugikan perjuangan. Banyak komandan divisi tidak bersedia menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya seperti yang sudah ditetapkan oleh Panitia Besar Reorganisasi. Hal itu cukup memusingkan Oerip.
Oerip menentang kebijakan pemerintah yang dianggap terlalu menilai rendah Angkatan Perangnya sendiri. ia mengundurkan diri dari jabatan Kepala Staf Angkatan Perang dan dinas militer. Namun pemerintah masih mengangkatnya sebagai Penasehat Militer Presiden.
Apa yang sejak semula diduga dan dicoba Oerip dan Soedirman untuk mencegahnya, akhirnya terjadi pula. Tanggal 18 September 1948 PKI melancarkan pemberontakan di Madiun. Angkatan perang terpecah. Sebagian berpihak kepada pemberontak, sebagian lagi tetap setia kepada Pemerintah. Oerip tidak dapat berbuat apa-apa. Ia harus istirahat di rumah sakit, kemudian meninggal dunia, Sebagai pengahargaan atas jasa-jasanya, pemerintah RI menganugerahinya gelar Pahlawan Kemerdekaan.
Penataan Angkatan Perang di awal Kemerdekaan bukan perkara yang mudah bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Begitu pula penataan di tubuh TNI dan POLRI setelah lengsernya Soeharto ! Ya, di bidang apa pun masa-masa peralihan dan penataan kembali pasti dihadapkan oleh berbagai kepentingan. Keadaan seperti ini bisa menjadi terpecah-pecah dan melahirkan kawan menjadi lawan. Begitu pun sebaliknya !

MAKANAN KHAS DAN KULINER PURWOREJO

Buah manggis merupakan buah yang rasanya manis dan segar. Buah ini merupakan produk unggulan Kabupaten Purworejo karena jarang ditemui di tempat lain yang rasa, bentuk, dan warnanya sama. Buah manggis banyak dihasilkan di wilayah Kecamatan Kaligesing, Loano, dan Bener. Masa produksi atau panen antara bulan Januari sampai Maret.



 

Sate kambing ini terdapat di Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo berjarak sekitar 15 kilometer arah barat laut dari kota Purworejo.

Lapis : dari tepung beras ketan.




 Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut “kupat tahu”), sebuah masakan
yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa
cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
         Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti
cincin, digoreng gurih

                  Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak
dalam pilinan daun kelapa.

         Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak,
berbentuk bulat, gepeng.




 Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta. Untuk penjual dawet hitam yang asli adalah di timur jembatan Butuh.





    Lanting : makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.





   Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.

Kue Lompong : Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah coklat (klaras daun pisang yg mengering)




 Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
Krimpying : Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan.Rasa makanan ini gurih.





Slondok, makanan terbuat dari tepung gaplek, seperti klanting namun sangat besar lingkarannya.
Photobucket




 Nasi Megono, adalah nasi urap yang dicampur dengan kelapa muda serta sayur-sayuran kuluban, menu ini dahulu sebagai kelengkapan sesaji saat akan Wiwit, memulai memanen padi , dengan upacara adapt secara kecil.




 
   Roti bagelen, roti yang dikeringkan.










 Cenil : makanan ini tebuat dari tepung ketela.







             


Tempat nongkrong/ jajan
* Bakso Pak Sukar: Di Jalan Diponegoro Kutoarjo
* Sate kambing Pak Bedjo : Jl. Diponegoro Kutoarjo
* RM Mbak Limbuk : Samping BRI Purworejo
* Soto Pak Rus : Stasiun KA Purworejo
* Ayam Panggang Mbak Purwati : sisi barat alun-alun purworejo
Berbagai Wisata Kuliner di Kabupaten Purworejo :

-
Sate Tupai atau Kuda Barat Polsek Butuh Purworejo

-
Dawet Hitam Timur jembatan Butuh

-
Ayam-Bebek Goreng Dargo, komplek Pujasera Timur Stasiun Purworejo

-
Mi goreng  Mi rebus pak Prapto, komplek Pujasera Timur Stasiun Purworejo

-
Ayam goreng Restu Ibu, depan RSU Saras Husada Purworejo

-
Soto Stasiun Purworejo

-
Bakso Sukar Purworejo, Kutoarjo

-
Bakso Muncul jalan Purworejo-Jogja

-
Bakso Mantep, komplek pasar Baledono, samping Indomaret Alun-alun

-
Sate Winong, di Winong (jalur Purworejo-Suren Kutoarjo)

-
Durian dikomplek pasar Suronegaran, pasar Baledono, Pantok, sepanjang jalur Purworejo-Kaligesing

-
Sop Pak Giyo

-
Sop Iga Selera, Boro