KESENIAN CEPETAN


Kesenian Cepetan merupakan jenis kesenian yang terlahir di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kab.Purworejo yang terinspirasi dari seorang pemuda yang bernama Tujan. Pada saat itu Kepala Desa Kedungkamal dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1959 berkeinginan untuk partisipasi dalam pawai budaya tingkat kecamatan. Keinginan tersebut disampaikan kepada seorang pemuda yang bernama Tujan.Mengapa hal itu disampaikan kepadanya dengan alasan karena pemuda Tujan pernah berpengalaman ikut menjadi anggota penari kuda kepang pada group kuda kepang desa lain. Maka pada saat itu pemuda Tujan menyampaikan ide membentuk group kesenian yang diberi nama Cepetan.
Kesenian Cepetan terdiri dari 2 (dua) orang penari Barongan , 2 orang penari Banteng .2 orang penari jaran kepang, 2 penari topeng Pregiwati, 10 penari Topeng Raksasa Sekipu sehingga jumlah penari keseluruhan ada 22 orang . Para penari tampil dengan tarian yang sangat sederhana berbaris sambil menari-nari sesuai dengan irama musik yang ada. Tarian Cepetan tampil menari sambil berjalan dan biasanya ditempatkan dibarisan paling depan karena para penari mengenakan topeng yang menakutkan sehingga bisa membuka jalan untuk peserta pawai yang lain kecuali juga bisa menarik perhatian penonton.
Penari Cepetan menggunakan kostum yang menggambarkan raksasa berbaju amboradul dan menggunakan topeng raksasa yang menakutkan. Topeng dari kata bata gepeng ditata untuk membangun langgar sebagai tempat untuk belajar mengaji para santri Jika santri telah menyelesaikan belajar Al Qur’an 30 jus mereka bisa disebut telah katam . Untuk itu mereka mengadakan acara ritual yang disebut Khataman . Ketika kataman mereka diarak pawai keliling desa dan paling depan biasanya kesenian Cepetan. Pelaksanaan acara khataman yang seperti ini bisa menghidupi dan melestarikan kesenian Cepetan. Barongan adalah gambaran seekor binatang yang sangat menakutkan dan dapat memangsa apa saja harapannya setelah santri khatam mereka menjadi orang berilmu yang sabar dan dapat menerima masukan apa saja dan dari mana saja. Sedangkan Bantheng dari kata tibane entheng harapannya setelah khatam para santri dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hidupnya menjadi ringan. Jaran kepang dari kata jaran yang maknanya mlajar sak paran-paran mempunyai makna agar setelah para santri khatam dapat mencari rejeki kemana-mana dengan mudah.
Iringannya terdiri dari beberapa instrumen :
1. Kendang
2. Kethuk kenong
3. Kecrek/ kecer
4. Kempul gong
Iringannyapun sangat sederhana sekali hanya dengan irama yang monoton untuk mengiringi para penari menampilkan tariannya. Dengan irama yang ada seorang penyanyi atau waranggono nembang ( menyanyikan) lagu-lagu yang populer saat ini.
Kata kata Cepetan berasal dari kata Cepet yang konon cerita merupakan makluk halus yang suka menggoda manusia dengan membawa manusia ke tempat yang jauh dalam waktu singkat. Terkadang menyimpan (menahan) manusia yang mereka bawa ( kecepet) ditempat yang sulit dilihat oleh mata kepala manusia biasa. Kepercayaan masyarakat agar orang yang kecepet segera dilepas oleh Si Cepet maka dicari muter-muter sambil membunyikan tetabuhan yang terdiri dari alat-alat dapur seperti tampah, irus, piring ,gelas dan sebagainya. Konon cerita Cepet mendengar tetabuhan tersebut tergiur dan menari-nari sehingga lengah dalam mengawasi tahanannya (orang yang kecepet) sehingga tahanannya bisa lepas dan bisa terlihat dengan mata kepala kita. Kata Cepet dengan harapan supaya cepat selesai dan tercapai apa yang menjadi cita-citanya.
Kesenian Cepetan dari berdiri sampai sekarang di Kabupaten Purworejo hanya satu group saja hal ini mungkin dikarenakan kesenian ini kurang menarik untuk ditampilkan sebagai kesenian panggung atau seni pertunjukan. Kesenian Cepetan sering dipakai untuk acara-acara yang sifatnya pawai atau arak-arakan saja. Bapak Tujan Kartowijoyo yang lahir th 1921 mencipta kesenian ini sampai sekarang (Th 2010) masih aktif membina kesenian ini dan telah membuat kader untuk melestarikan kesenian ini kepada anaknya.