Kesenian Cepetan terdiri dari 2 (dua) orang penari Barongan , 2 orang penari Banteng .2 orang penari jaran kepang, 2 penari topeng Pregiwati,
10 penari Topeng Raksasa Sekipu sehingga jumlah penari keseluruhan ada
22 orang . Para penari tampil dengan tarian yang sangat sederhana
berbaris sambil menari-nari sesuai dengan irama musik yang ada. Tarian
Cepetan tampil menari sambil berjalan dan biasanya ditempatkan dibarisan
paling depan karena para penari mengenakan topeng yang menakutkan
sehingga bisa membuka jalan untuk peserta pawai yang lain kecuali juga
bisa menarik perhatian penonton.
Penari
Cepetan menggunakan kostum yang menggambarkan raksasa berbaju amboradul
dan menggunakan topeng raksasa yang menakutkan. Topeng dari kata bata gepeng ditata untuk membangun langgar sebagai tempat untuk belajar mengaji para santri Jika
santri telah menyelesaikan belajar Al Qur’an 30 jus mereka bisa disebut
telah katam . Untuk itu mereka mengadakan acara ritual yang disebut Khataman . Ketika
kataman mereka diarak pawai keliling desa dan paling depan biasanya
kesenian Cepetan. Pelaksanaan acara khataman yang seperti ini bisa
menghidupi dan melestarikan kesenian Cepetan. Barongan adalah gambaran
seekor binatang yang sangat menakutkan dan dapat memangsa apa saja
harapannya setelah santri khatam mereka menjadi orang berilmu yang sabar dan dapat menerima masukan apa saja dan dari mana saja. Sedangkan Bantheng dari kata tibane entheng harapannya setelah khatam para santri dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hidupnya menjadi ringan. Jaran kepang dari kata jaran yang maknanya mlajar sak paran-paran mempunyai makna agar setelah para santri khatam dapat mencari rejeki kemana-mana dengan mudah.
Iringannya terdiri dari beberapa instrumen :
1. Kendang
2. Kethuk kenong
3. Kecrek/ kecer
4. Kempul gong
Iringannyapun
sangat sederhana sekali hanya dengan irama yang monoton untuk
mengiringi para penari menampilkan tariannya. Dengan irama yang ada
seorang penyanyi atau waranggono nembang ( menyanyikan) lagu-lagu yang
populer saat ini.
Kata
kata Cepetan berasal dari kata Cepet yang konon cerita merupakan makluk
halus yang suka menggoda manusia dengan membawa manusia ke tempat yang
jauh dalam waktu singkat. Terkadang menyimpan (menahan) manusia yang
mereka bawa ( kecepet) ditempat yang sulit dilihat oleh mata kepala
manusia biasa. Kepercayaan masyarakat agar orang yang kecepet segera
dilepas oleh Si Cepet maka dicari muter-muter sambil membunyikan
tetabuhan yang terdiri dari alat-alat dapur seperti tampah, irus, piring
,gelas dan sebagainya. Konon cerita Cepet mendengar tetabuhan tersebut
tergiur dan menari-nari sehingga lengah dalam
mengawasi tahanannya (orang yang kecepet) sehingga tahanannya bisa lepas
dan bisa terlihat dengan mata kepala kita. Kata Cepet dengan harapan
supaya cepat selesai dan tercapai apa yang menjadi cita-citanya.
Kesenian
Cepetan dari berdiri sampai sekarang di Kabupaten Purworejo hanya satu
group saja hal ini mungkin dikarenakan kesenian ini kurang menarik untuk
ditampilkan sebagai kesenian panggung atau seni pertunjukan. Kesenian
Cepetan sering dipakai untuk acara-acara yang sifatnya pawai atau
arak-arakan saja. Bapak Tujan Kartowijoyo yang lahir th 1921 mencipta
kesenian ini sampai sekarang (Th 2010) masih aktif membina kesenian ini
dan telah membuat kader untuk melestarikan kesenian ini kepada anaknya.