Purworejo
pada masa kolonial memiliki nilai strategis dimata Pemerintah Hindia
Belanda. Salah satunya buktinya adalah pembuatan jalur kereta api, dan
peninggalan yang menjadi saksi bisu kejayaan kereta api di Purworejo
adalah Stasiun Kereta Api Purworejo yang berada di Jalan Mayjend.
Sutoyo, dan masuk wilayah Kecamatan Purworejo, Jawa Tengah. Stasiun
Purworejo sendiri dalam periode 1910, memiliki struktur bangunan berupa
material batu bata setinggi 8 m dan luas keseluruhan sekitar 848 m2.
Stasiun
ini dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara bernama Staats
Spoorwegen (SS). Pemerintah Kolonial Belanda saat itu sengaja membangun
rel kereta api sepanjang 12 km dari Stasiun Besar Kutoarjo ke arah
Purworejo, awalnya hanya dibangun rel saja namun seiring perkembangannya
yang semakin ramai, pada tanggal 20 Juli 1887, Stasiun Purworejo
dibuka dan di aktifkan. Sejak tahun 1901 jalur kereta api
Purworejo-Kutoarjo itu pun semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
kala itu. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jateng telah
memasukkan Stasiun Purworejo sebagai salah satu cagar budaya di
Purworejo, dilindungi oleh negara dengan nomor Inventarisasi :
11-06/PWO/TB/36.
Stasiun Purworejo saat ini dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia ( Persero) & berada di Daerah Operasi 5 Purwokerto.
Terdapat beberapa halte antara Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Purworejo, yaitu dimulai dari Stasiun Kutoarjo – Halte Batoh – Halte Grantung – Halte Kenteng – Stasiun Purworejo, saat ini keseluruhan halte sudah tidak diaktifkan lagi.
Stasiun Purworejo berada pada ketinggian +63m dpl. Sistem persinyalan masih memakai sistem sinyal mekanik Alkmar,dan uniknya tidak ada sinyal muka ataupun sinyal masuk,hanya ada sinyal keluar menuju arah Stasiun Kutoarjo. Di Stasiun ini juga mempunyai 2 Spoor,yang dahulunya mempunyai 1 spoor cabang menuju ke Balai Yasa (Werkplaants) milik Staats Spoorwegen (SS).
Balai Yasa tersebut sekarang udah tidak ada lagi dan sudah berubah fungsi sebagai pemukiman bagi Prajurit TNI AD.
Stasiun Purworejo sempat ditutup selama 3 kali, yaitu pada masa kependudukan tentara Jepang, dan sekitar tahun 1952-1955. Saat peralihan menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) petak jalur tersebut kembali diaktifkan. Setelah itu pada tahun 1977, petak jalur Kutoarjo – Purworejo kembali ditutup dan tidak beroperasi lagi. Dekade 1990-an diaktifkan kembali pada masa kepemimpinan Bupati Purworejo, Goernito dan Haryanto Dhanutirto, Menteri Perhubungan saat itu.
Saat ini jalur kereta api antara Stasiun Kutoarjo – Stasiun Purworejo sedang tidak aktif,dikarenakan beberapa hal diantaranya :
- Rel yang tidak layak (masih memakai R25)
- Bantalan rel tidak layak
- Tidak ada kricak
- Struktur jalan tidak sesuai dengan berat/tonase kereta apjalur ini untuk dilalui
Revitalisasi jalur Kutoarjo – Purworejo direncanakan dimulai setelah menunggu selesainya pekerjaan pergantian rel di jalur Butuh – Kutoarjo, untuk digunakan di jalur Kutoarjo – Purworejo.
Sarana yang melayani lintas Kutoarjo - Purworejo ini pada jaman dahulu dilayani dengan lokomotif uap dengan membawa rangkaian campuran antara kereta penumpang dan kereta barang, dengan susunan sebagai berikut lokomotif uap – Kereta Kayu CR – Kereta Kayu CR – Gerbong Barang GW – Gerbong Barang GW.
Untuk lokomotif uap, jalur ini dilayani dengan seri C dan D,diantaranya seri C 27 (dengan susuran roda 4-6-4) buatan Pabrik Werkspoor pada tahun 1920 dan seri D 51 (dengan susunan roda 2-8-2) buatan Pabrik Hartmann pada tahun 1920.
Pada periode 1990, setelah jalur ini diaktifkan kembali oleh pemerintah saat itu, sarana yang melintas di jalur ini tidaklah dilayani kembali dengan lokomotif uap dan kereta kayu CR dan kereta barang GW, tetapi sudah berganti dilayani dengan lokomotif diesel hidrolik dan dengan membawa 1 atau 2 kereta penumpang kelas 3 atau biasa disebut K3 dengan susunan Lokomotif Diesel Hidrolik D 301/D 300 – K3.
Lokomotif yang melayani jalur ini ialah seri D 300 (Krupp M350D) dan seri D 301 (Krupp M350D),kedua lokomotif tersebut buatan Pabrik Fried Krupp dan mulai dinas pada tahun 1962-1968 (D 301) dan tahun 1968 (D 300).
Mulai Periode tahun 2000,lokomotif yang melayani jalur ini berganti dari lokomotif D 300 & D 301 ke lokomotif BB 300 (Krupp M700BB),lokomotif ini (BB 300) mempunyai tenaga lebih besar dari lokomotif D 301 dan juga lokomotif tersebut masih 1 pabrik,yaitu Fried Krupp.
Lokomotif BB 300 yang melayani jalur Kutoarjo – Purworejo ini merupakan lokomotif diesel hidrolik pertama buatan pabrik Fried Krupp Jerman,yang pertama kali didinaskan pada tahun 1958 sebanyak 17 buah dan pada tahun 1959 sebanyak 13 buah.Lokomotif dengan daya mesin 680 HP dari Mercedes Benz dan transmisi hidrolik dari Krupp ini,dapat dioperasikan untuk dinas langsir atau menarik kereta penumpang jarak pendek seperti feeder Purworejo ini,dan dengan kecepatan maksimum 75 Km/jam.Lokomotif ini juga merupakan lokomotif ber type BB atau Bo-Bo yang artinya lokomotif yang mempunyai dua bogie dan masing-masing bogie mempunyai dua poros penggerak yang digerakkan oleh motor sendiri.
BB 300 06 dan BB 300 16 ialah lokomotif yang sering melayani Kereta Feeder Kutoarjo – Purworejo,lokomotif ini berasal dari Dipo Induk Kutoarjo (Dipo KTA) dan yang unik dari lokomotif ini ialah livery nya yang kembali dicat dengan masa Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) yaitu dengan livery kuning hijau dan dengan logo roda terbang khas lokomotif masa PJKA.
Stasiun Purworejo saat ini dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia ( Persero) & berada di Daerah Operasi 5 Purwokerto.
Terdapat beberapa halte antara Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Purworejo, yaitu dimulai dari Stasiun Kutoarjo – Halte Batoh – Halte Grantung – Halte Kenteng – Stasiun Purworejo, saat ini keseluruhan halte sudah tidak diaktifkan lagi.
Stasiun Purworejo berada pada ketinggian +63m dpl. Sistem persinyalan masih memakai sistem sinyal mekanik Alkmar,dan uniknya tidak ada sinyal muka ataupun sinyal masuk,hanya ada sinyal keluar menuju arah Stasiun Kutoarjo. Di Stasiun ini juga mempunyai 2 Spoor,yang dahulunya mempunyai 1 spoor cabang menuju ke Balai Yasa (Werkplaants) milik Staats Spoorwegen (SS).
Balai Yasa tersebut sekarang udah tidak ada lagi dan sudah berubah fungsi sebagai pemukiman bagi Prajurit TNI AD.
Stasiun Purworejo sempat ditutup selama 3 kali, yaitu pada masa kependudukan tentara Jepang, dan sekitar tahun 1952-1955. Saat peralihan menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) petak jalur tersebut kembali diaktifkan. Setelah itu pada tahun 1977, petak jalur Kutoarjo – Purworejo kembali ditutup dan tidak beroperasi lagi. Dekade 1990-an diaktifkan kembali pada masa kepemimpinan Bupati Purworejo, Goernito dan Haryanto Dhanutirto, Menteri Perhubungan saat itu.
Saat ini jalur kereta api antara Stasiun Kutoarjo – Stasiun Purworejo sedang tidak aktif,dikarenakan beberapa hal diantaranya :
- Rel yang tidak layak (masih memakai R25)
- Bantalan rel tidak layak
- Tidak ada kricak
- Struktur jalan tidak sesuai dengan berat/tonase kereta apjalur ini untuk dilalui
Revitalisasi jalur Kutoarjo – Purworejo direncanakan dimulai setelah menunggu selesainya pekerjaan pergantian rel di jalur Butuh – Kutoarjo, untuk digunakan di jalur Kutoarjo – Purworejo.
Sarana yang melayani lintas Kutoarjo - Purworejo ini pada jaman dahulu dilayani dengan lokomotif uap dengan membawa rangkaian campuran antara kereta penumpang dan kereta barang, dengan susunan sebagai berikut lokomotif uap – Kereta Kayu CR – Kereta Kayu CR – Gerbong Barang GW – Gerbong Barang GW.
Untuk lokomotif uap, jalur ini dilayani dengan seri C dan D,diantaranya seri C 27 (dengan susuran roda 4-6-4) buatan Pabrik Werkspoor pada tahun 1920 dan seri D 51 (dengan susunan roda 2-8-2) buatan Pabrik Hartmann pada tahun 1920.
Pada periode 1990, setelah jalur ini diaktifkan kembali oleh pemerintah saat itu, sarana yang melintas di jalur ini tidaklah dilayani kembali dengan lokomotif uap dan kereta kayu CR dan kereta barang GW, tetapi sudah berganti dilayani dengan lokomotif diesel hidrolik dan dengan membawa 1 atau 2 kereta penumpang kelas 3 atau biasa disebut K3 dengan susunan Lokomotif Diesel Hidrolik D 301/D 300 – K3.
Lokomotif yang melayani jalur ini ialah seri D 300 (Krupp M350D) dan seri D 301 (Krupp M350D),kedua lokomotif tersebut buatan Pabrik Fried Krupp dan mulai dinas pada tahun 1962-1968 (D 301) dan tahun 1968 (D 300).
Mulai Periode tahun 2000,lokomotif yang melayani jalur ini berganti dari lokomotif D 300 & D 301 ke lokomotif BB 300 (Krupp M700BB),lokomotif ini (BB 300) mempunyai tenaga lebih besar dari lokomotif D 301 dan juga lokomotif tersebut masih 1 pabrik,yaitu Fried Krupp.
Lokomotif BB 300 yang melayani jalur Kutoarjo – Purworejo ini merupakan lokomotif diesel hidrolik pertama buatan pabrik Fried Krupp Jerman,yang pertama kali didinaskan pada tahun 1958 sebanyak 17 buah dan pada tahun 1959 sebanyak 13 buah.Lokomotif dengan daya mesin 680 HP dari Mercedes Benz dan transmisi hidrolik dari Krupp ini,dapat dioperasikan untuk dinas langsir atau menarik kereta penumpang jarak pendek seperti feeder Purworejo ini,dan dengan kecepatan maksimum 75 Km/jam.Lokomotif ini juga merupakan lokomotif ber type BB atau Bo-Bo yang artinya lokomotif yang mempunyai dua bogie dan masing-masing bogie mempunyai dua poros penggerak yang digerakkan oleh motor sendiri.
BB 300 06 dan BB 300 16 ialah lokomotif yang sering melayani Kereta Feeder Kutoarjo – Purworejo,lokomotif ini berasal dari Dipo Induk Kutoarjo (Dipo KTA) dan yang unik dari lokomotif ini ialah livery nya yang kembali dicat dengan masa Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) yaitu dengan livery kuning hijau dan dengan logo roda terbang khas lokomotif masa PJKA.