Faktor2 yang Mempengaruhi Korosi dan Penanggulangannya. Aplikasi
lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi
pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi
standar, diketahui bahwa logam-logam selain emas umumnya terkorosi
(teroksidasi menjadi oksidanya).
1. Definisi Korosi
Korosi pada logam terjadi akibat
interaksi antara logam dan lingkungan yang bersifat korosif, yaitu
lingkungan yang lembap (mengandung uap air) dan diinduksi oleh adanya
gas O2, CO2, atau H2S. Korosi dapat
juga terjadi akibat suhu tinggi. Korosi pada logam dapat juga dipandang
sebagai proses pengembalian logam ke keadaan asalnya, yaitu bijih logam.
Misalnya, korosi pada besi menjadi besi oksida atau besi karbonat.
4Fe(s) + 3O2(g) + 2nH2O(l) ⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s)
Fe(s) + CO2(g) + H2O(l) ⎯⎯→ Fe2CO3(s) + H2(g)
Oleh karena korosi dapat mengubah
struktur dan sifat-sifat logam maka korosi cenderung merugikan.
Diperkirakan sekitar 20% logam rusak akibat terkorosi pada setiap
tahunnya. Logam yang terkorosi disebabkan karena logam tersebut mudah
teroksidasi. Menurut tabel potensial reduksi standar, selain logam emas
umumnya logam-logam memiliki potensial reduksi standar lebih rendah dari
oksigen. Jika setengah reaksi reduksi logam dibalikkan (reaksi oksidasi
logam) digabungkan dengan setengah reaksi reduksi gas O2 maka akan dihasilkan nilai potensial sel, Esel positif. Jadi, hampir semua logam dapat bereaksi dengan gas O2 secara spontan. Beberapa contoh logam yang dapat dioksidasi oleh oksigen ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut.
4Fe(s) + O2(g) + 2nH2O(l) ⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s) Esel = 0,95 V
Zn(s) + O2(g) + 2H2O(l) ⎯⎯→ Zn(OH)4(s) Esel = 0,60 V
2. Mekanisme Korosi pada Besi
Oleh karena besi merupakan bahan utama
untuk berbagai konstruksi maka pengendalian korosi menjadi sangat
penting. Untuk dapat mengendalikan korosi tentu harus memahami bagaimana
mekanisme korosi pada besi. Korosi tergolong proses elektrokimia, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Proses korosi pada besi
Besi memiliki permukaan tidak halus
akibat komposisi yang tidak sempurna, juga akibat perbedaan tegangan
permukaan yang menimbulkan potensial pada daerah tertentu lebih tinggi
dari daerah lainnya. Pada daerah anodik
(daerah permukaan yang bersentuhan dengan air) terjadi pelarutan
atom-atom besi disertai pelepasan elektron membentuk ion Fe2+ yang larut
dalam air.
Fe(s) ⎯⎯→ Fe2+(aq) + 2e–
Elektron yang dilepaskan mengalir
melalui besi, sebagaimana elektron mengalir melalui rangkaian luar pada
sel volta menuju daerah katodik hingga terjadi reduksi gas oksigen dari
udara:
O2(g) + 2H2O(g) + 2e– ⎯⎯→ 4OH–(aq)
Ion Fe2+ yang larut dalam
tetesan air bergerak menuju daerah katodik, sebagaimana ion-ion melewati
jembatan garam dalam sel volta dan bereaksi dengan ion-ion OH– membentuk Fe(OH)2. Fe(OH)2 yang terbentuk dioksidasi oleh oksigen membentuk karat.
Fe2+(aq) + 4OH–(aq) ⎯⎯→ Fe(OH)2(s)
2Fe(OH)2(s) + O2(g) ⎯⎯→ Fe2O3.nH2O(s)
Reaksi keseluruhan pada korosi besi adalah sebagai berikut (lihat mekanisme pada Gambar 2.13):
4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l) ⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s)
Karat
Karat
Gambar 2.13 Mekanisme korosi pada besi
Akibat adanya migrasi ion dan elektron,
karat sering terbentuk pada daerah yang agak jauh dari permukaan besi
yang terkorosi (lubang). Warna pada karat beragam mulai dari warna
kuning hingga cokelat merah bahkan sampai berwarna hitam. Warna ini
bergantung pada jumlah molekul H2O yang terikat pada karat.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korosi
Berdasarkan pengetahuan tentang
mekanisme korosi, Anda tentu dapat menyimpulkan faktor-faktor apa yang
menyebabkan terbentuknya korosi pada logam sehingga korosi dapat
dihindari. Setelah dibiarkan beberapa hari, logam besi (paku) akan
terkorosi yang dibuktikan oleh terbentuknya karat (karat adalah produk
dari peristiwa korosi). Korosi dapat terjadi jika ada udara (khususnya
gas O2) dan air. Jika hanya ada air atau gas O2 saja, korosi tidak terjadi.
Adanya garam terlarut dalam air akan
mempercepat proses korosi. Hal ini disebabkan dalam larutan garam
terdapat ion-ion yang membantu mempercepat hantaran ion-ion Fe2+
hasil oksidasi. Kekerasan karat meningkat dengan cepat oleh adanya
garam sebab kelarutan garam meningkatkan daya hantar ion-ion oleh
larutan sehingga mempercepat proses korosi. Ion-ion klorida juga
membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan ion Fe3+. Faktor ini cenderung meningkatkan kelarutan besi sehingga dapat mempercepat korosi.
4. Pengendalian Korosi
Korosi logam tidak dapat dicegah, tetapi
dapat dikendalikan seminimal mungkin. Ada tiga metode umum untuk
mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating), proteksi katodik, dan
penambahan zat inhibitor korosi.
a. Pengendalian Korosi dengan Metode Pelapisan (Coating)
Metode pelapisan atau coating
adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan suatu lapisan
pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan atau penyepuhan
logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua
logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat
(pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi
adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil
oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih
lanjut. Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir),
tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah,
melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif
dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi
oksidasinya:
Zn(s)⎯⎯→Zn2+(aq) + 2e– Eo= –0,44 V
Fe(s)⎯⎯→Fe2+(g) + 2e– Eo= –0,76 V
Oleh karena itu, seng akan terkorosi
terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng habis maka besi akan
terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan
logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless
steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan
nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah
potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak
terkorosi.
b. Pengendalian Korosi dengan Proteksi Katodik
Proteksi katodik adalah metode yang
sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam
tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM.
Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh
karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan
teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida
maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.
Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.
Anode : 2Mg(s) ⎯⎯→ 2Mg2+(aq) + 4e–
Katode : O2(g) + 2H2O (l) + 4e– ⎯⎯→ 4OH–(aq)
Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O ⎯⎯→ 2Mg(OH)2(s)
Oleh sebab itu, logam magnesium harus
selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar jangan sampai
habis karena berubah menjadi hidroksidanya.
c. Pengendalian Korosi dengan Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang
ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan kadar sangat kecil
(ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat
dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor
anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor
teradsorpsi.
1) Inhibitor anodik
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia
yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam
ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah
senyawa kromat dan senyawa molibdat.
2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia
yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari
proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau
pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin,
tannin, dan garam sulfit.
3) Inhibitor campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi
dengan cara menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan.
Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai
inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa
silikat, molibdat, dan fosfat.
4) Inhibitor teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa
organik yang dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif
dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam.
Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan
1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.