Sel Elektrolisis - Seorang
ahli dari Inggris bernama Michael Faraday mengalirkan arus listrik ke
dalam larutan elektrolit dan ternyata terjadi suatu reaksi kimia.
Proses penggunaan arus listrik untuk menghasilkan reaksi kimia disebut
sel elektrolisis. Arus listrik ini bisa berasal dari sel volta. Untuk
memahami bagaimana reaksi kimia yang terjadi dalam sel
elektrolisis, maka perlu diingat ketentuan-ketentuan reaksi
elektrolisis. Dalam setiap ketentuan reaksi elektrolisis terjadi
persaingan antarspesi (ion atau molekul) untuk mengalami reaksi reduksi
atau reaksi oksidasi. Setiap zat yang mempunyai kemampuan reduksi besar
akan mengalami reaksi reduksi dan setiap zat yang mempunyai kemampuan
oksidasi besar akan mengalami reaksi oksidasi. Sel volta
menghasilkan arus listrik searah ketika reaksi redoks di dalam sel
terjadi secara spontan. Adapun sel elektrolisis merupakan kebalikan dari
sel volta, yakni menerapkan arus listrik searah untuk mendorong agar
terjadi reaksi elektrokimia di dalam sel.
1. Prinsip Elektrolisis. Elektrolisis
artinya penguraian suatu zat akibat arus listrik. Zat yang terurai
dapat berupa padatan, cairan, atau larutan. Arus listrik yang digunakan
adalah arus searah (direct current =dc ). Tempat berlangsungnya
reaksi reduksi dan oksidasi dalam sel elektrolisis sama seperti pada
sel volta, yaitu anode (reaksi oksidasi) dan katode (reaksi reduksi).
Perbedaan sel elektrolisis dan sel volta terletak pada kutub elektrode.
Pada sel volta, anode (–) dan katode (+), sedangkan pada sel
elektrolisis sebaliknya, anode (+) dan katode (–). Pada sel elektrolisis
anode dihubungkan dengan kutub positif sumber energi listrik, sedangkan
katode dihubungkan dengan kutub negatif. Oleh karena itu pada sel
elektrolisis di anode akan terjadi reaksi oksidasi dan dikatode akan
terjadi reaksi reduksi.
Gambar 2.8 Sel elektrolisis
Ketika kedua elektrode karbon
dihubungkan dengan sumber energi listrik arus searah, dalam sel
elektrolisis terjadi reaksi redoks, yaitu penguraian air menjadi gas H2 dan gas O2.
Reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis adalah
Anode (+): 2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e– (oksidasi O2–)
Katode (–): 4H2O(l) + 4e– →2H2(g) + 4OH–(aq) (reduksi H+)
Reaksi : 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)
Katode (–): 4H2O(l) + 4e– →2H2(g) + 4OH–(aq) (reduksi H+)
Reaksi : 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)
Berapakah perbandingan volume gas H2 dan O2 yang terbentuk pada kedua tabung reaksi?
Berdasarkan persamaan reaksi redoks dapat diramalkan bahwa perbandingan volume gas H2 terhadap O2 adalah 2 : 1. Jika volume gas H2 20 mL, volume gas O2
adalah 10 mL. Alat yang akurat untuk penyelidikan elektrolisis air
adalah alat elektrolisis Hoffman (Gambar 2.9). Alat ini dilengkapi
elektrode platina dalam tabung penampung gas berskala sehingga volume
gas hasil elektrolisis mudah diukur.
Gambar 2.9 Sel elektrolisis Hoffman
2. Elektrolisis Larutan. Elektrolisis larutan berbeda dengan elektrolisis air. Elektrolisis larutan, Misalnya larutan NaI, terdapat ion Na+ dan ion I–. Kedua ion ini bersaing dengan molekul air untuk dielektrolisis. Di katode terjadi persaingan antara molekul H2O dan ion Na+(keduanya berpotensi untuk direduksi). Demikian juga di anode, terjadi persaingan antara molekul H2O dan ion I–
(keduanya berpotensi dioksidasi). Spesi mana yang akan keluar sebagai
pemenang? Pertanyaan tersebut dapat dijawab berdasarkan nilai potensial
elektrode standar.
Setengah reaksi reduksi di katode:
Na+(aq) + e– → Na(s) E° = –2,71 V
2H2O(l) + 2e– → H2(g) + 2OH–(aq) E° = –0,83 V
2H2O(l) + 2e– → H2(g) + 2OH–(aq) E° = –0,83 V
Berdasarkan nilai potensialnya, H2O lebih berpotensi direduksi dibandingkan ion Na+ sebab memiliki nilai E° lebih besar. Perkiraan ini cocok dengan pengamatan, gas H2 dilepaskan di katode. Setengah reaksi oksidasi di anode:
2I–(aq) → I2(g) + 2e– E° = –0,54 V
2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e– E° = –1,23 V
2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e– E° = –1,23 V
Berdasarkan nilai potensial, ion I– memenangkan persaingan sebab nilai E° lebih besar dibandingkan molekul H2O. Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis:
Katode: 2H2O(l) + 2e– → H2(g) + 2OH–(aq)
Anode: 2I–(aq) → I2(g) + 2e–
Reaksi: 2H2O(l) + 2I–(aq) → H2(g) + I2(g) + 2OH–(aq)
Anode: 2I–(aq) → I2(g) + 2e–
Reaksi: 2H2O(l) + 2I–(aq) → H2(g) + I2(g) + 2OH–(aq)
Contoh Menentukan Reaksi Redoks dalam Sel Elektrolisis
Tuliskan reaksi sel elektrolisis untuk larutan ZnSO4.
Tuliskan reaksi sel elektrolisis untuk larutan ZnSO4.
Jawab:
Di anode terjadi persaingan antara ion SO42– dan H2O dan di katode terjadi persaingan antara ion Zn2+ dan H2O. Untuk mengetahui pemenangnya dapat dilihat data potensial reduksi standar.
Di anode terjadi persaingan antara ion SO42– dan H2O dan di katode terjadi persaingan antara ion Zn2+ dan H2O. Untuk mengetahui pemenangnya dapat dilihat data potensial reduksi standar.
Di katode (+): reaksi reduksi
Zn2+(aq) + 2e– → Zn(s) E° = –0,76 V
2H2O(l) + 2e– → H2(g) + 2OH-(aq) E° = –0,83 V
Zn2+(aq) + 2e– → Zn(s) E° = –0,76 V
2H2O(l) + 2e– → H2(g) + 2OH-(aq) E° = –0,83 V
Di anode (–): reaksi oksidasi
2SO42–(aq) → S2O82–(aq) + 2e– E° = –2,01 V
2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e– E° = –1,23 V
2SO42–(aq) → S2O82–(aq) + 2e– E° = –2,01 V
2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e– E° = –1,23 V
Berdasarkan data potensial di atas, di katode terjadi reduksi ion Zn2+ dan di anode terjadi oksidasi H2O. Persamaan reaksinya:
Katode: 2Zn2+(aq) + 4e– → 2Zn(s)
Anode: 2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e–
Reaksi: 2ZnSO4(aq) + 2H2O(l) → 2Zn(s) + O2(g) + 2H2SO4(aq)
Anode: 2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e–
Reaksi: 2ZnSO4(aq) + 2H2O(l) → 2Zn(s) + O2(g) + 2H2SO4(aq)
3. Stoikiometri Elektrolisis. Michael
Faraday adalah seorang pakar Kimia-Fisika Inggris. Faraday menyatakan
bahwa sel elektrolisis dapat digunakan untuk menentukan banyaknya zat
yang bereaksi berdasarkan jumlah muatan listrik yang digunakan dalam
rentang waktu tertentu. Dalam sel volta maupun sel elektrolisis terdapat
hubungan kuantitatif antara jumlah zat yang bereaksi dan muatan listrik
yang terlibat dalam reaksi redoks. Pernyataan ini merupakan prinsip
dasar Hukum Faraday, yaitu:
1. Dalam sel elektrokimia, massa zat
yang diendapkan pada suatu elektrode sebanding dengan besarnya muatan
listrik (aliran elektron) yang terlibat di dalam sel.
2. Massa ekuivalen zat yang diendapkan pada elektrode akan setara jika muatan listrik yang dialirkan ke dalam sel sama.
Aliran listrik tiada lain adalah aliran
elektron. Oleh karena itu, muatan listrik yang terlibat dalam sel
elektrokimia dapat ditentukan berdasarkan muatan elektron yang terlibat
dalam reaksi redoks pada sel elektrokimia. Berdasarkan hasil
penyelidikan Millikan (model tetes minyak), diketahui bahwa muatan
elektron: e = 1,60218 × 10–19 C. Dalam sel elektrolisis,
jumlah zat (massa) yang diendapkan atau yang melarut pada elektrode
berbanding lurus dengan jumlah arus yang melewati elektrolit (Hukum I
Faraday).
Keterangan:
w = massa zat (g)
e = massa ekuivalen atau Mr/valensi
i = kuat arus (A)
t = waktu (s)
F = tetapan Faraday = 96.500 coulomb
1 F = 1 mol elektron
Untuk 2 elektrolit atau lebih yang dielektrolisis dengan jumlah arus yang sama berlaku Hukum II Faraday.
Jika arus dialirkan ke dalam beberapa sel elektrolisis maka jumlah zat yang dihasilkan pada masing-masing elektrodenya sebanding dengan massa ekuivalen masing-masing zat tersebut.
Keterangan:
wA = massa zat A
wB = massa zat B
eA = massa ekuivalen zat A
eB = massa ekuivalen zat B
Contoh soal Sel Elektrolisis 1
Berapakah massa tembaga yang diendapkan di katode pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan menggunakan arus 2 A selama 20 menit. (Ar Cu = 63,5 g/mol)
Jawab
Di katode, terjadi reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu:
Cu2+(aq) + 2 e– → Cu(s)
t = 20 menit = 1.200 s
= 0,79 g
Jadi, massa tembaga yang diendapkan pada katode adalah 0,79 g.
Contoh
Jika 2 buah sel elektrolisis yang masing-masing mengandung elektrolit AgNO3 dan CuSO4 disusun seri dengan menggunakan arus yang sama, dihasilkan 2,5 g Ag. Berapakah massa Cu yang diperoleh? (Ar Cu= 63,5 g/mol, Ar Ag = 108 g/mol)
Jawab
= 0,73 g
Jadi, massa Cu yang diendapkan pada katode adalah 0,73 g.
4. Kegunaan Sel Elektrolisis
1) Sel elektrolisis pada Penyepuhan logam. Penyepuhan logam bertujuan melapisi logam dengan logam lain agar tidak mudah berkarat. Contohnya, penyepuhan perak yang biasa dilakukan pada peralatan rumah tangga, seperti sendok, garpu, dan pisau. Pada penyepuhan perak, logam perak bertindak sebagai katode dan sendok besi bertindak sebagai anode.
1) Sel elektrolisis pada Penyepuhan logam. Penyepuhan logam bertujuan melapisi logam dengan logam lain agar tidak mudah berkarat. Contohnya, penyepuhan perak yang biasa dilakukan pada peralatan rumah tangga, seperti sendok, garpu, dan pisau. Pada penyepuhan perak, logam perak bertindak sebagai katode dan sendok besi bertindak sebagai anode.
Gambar 2.8 Penyepuhan perak pada sendok besi
Contoh lainnya adalah pada kendaraan
bermotor, biasanya mesin kendaraan bermotor yang terbuat dari baja
dilapisi dengan kromium. Proses pelapisan kromium dilakukan dengan
elektrolisis, larutan elektrolit disiapkan dengan cara melarutkan CrO3 dengan asam sulfat encer. Kromium(VI) akan tereduksi menjadi kromium(III) lalu tereduksi menjadi logam Cr.
CrO3(aq) + 6 H+(aq) + 6 e– → Cr(s) + 3 H2O(l)
2) Produksi aluminium
Sel elektrolisis pada produksi Aluminium diperoleh dengan cara elektrolisis bijih aluminium. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Sel elektrolisis pada produksi Aluminium diperoleh dengan cara elektrolisis bijih aluminium. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Katode : Al3+(aq) + 3 e– → Al(l)
Anode : 2 O2–(aq) → O2(g) + 4 e–
4 Al3+(aq) + 6 O2–(aq) → 4 Al(l) + 3 O2(g)
3) Produksi natrium. Sel elektrolisis pada produksi Natrium diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaCl yang dikenal dengan Proses Down. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Katode : 2 Na+(l) + 2 e– → 2 Na(l)
Anode : 2 Cl–(l) → Cl2(g) + 2 e–
2 Na+(aq) + 2 Cl–(aq) → 2 Na(l) + Cl2(g)
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.